Recently,
terlalu banyak saya mendengar kata: ah mana bisa. Ah engga mungkin. Ah udahlah
udah tua mau ngapain lagi.
Yea, young generation today
choose to limitate their own selves (dooh, sok tua yak
eyke?).
Saya
juga kadang-kadang ngomong begitu sih… Tapi dalam hati sebenarnya saya ngeyel
begini: mampuuus gw mau banget jadi penyanyiii. Or: anyiiirrr gw pengen doong kerja
di Kemlu, kinda cool punya banyak relatif
dari seantero bumi!
Ahahaha,
got me!
Jadi
sebelum kita memutuskan untuk berkata tidak bisa atau tidak mungkin, yuk kita sekarang
berkenalan dulu sama diri kita… Buat deh, daftar kebisaan kita-yang benar-benar
ahli kita lakukan-bahkan tanpa ada yang mengajarkan. Contohnya saya nih yaa
(eng ing eeeng):
-
I’m
good at musical
Saya suka menari dan bernyanyi. Dari
kecil, saya selalu pengin tampil di panggung. Banci tampil. Saya tidak bisa
bilang suara atau tarian saya bagus, tidak. Tapi saya yaah bolehlah.
Dipilih sebagai teman duet buat
rekaman oleh seorang rekan – yang suaranya mirip Afgan – diajak duet juga oleh
senior yang pintar memainkan gitar – membuktikan kalo suara saya kan ga
jelek-jelek amat. Ya kan? Yak an? Hahaha.
Lalu saya diajak ikut menari oleh
rekan yang memang dancer, membuktikan
jika saya memang memiliki kemampuan di bidang ini.
Satu lagi, saya dulu ditunjuk sebagai
pelatih tim folksong (tim menari dan menyanyi di kampus.red), membuktikan saya
memang (ehm) mampu, kan? Setidaknya, menurut sekitar saya, saya mampu. Pede
abissss.
-
I’m
pretty good at literature
Dalam kurun waktu beberapa bulan ini,
tulisan saya mengenai rumah tangga dan anak sukses membuat orang menangis.
Dulu, di kampus, tulisan ‘pesan dan kesan’ setelah praktikum saya selalu
dibacakan senior, karena katanya tulisan saya… jujur, apa adanya, bikin ketawa,
(di satu sisi saya yakin, bikin senior pengen ngegeplak pala saya kali), dll.
Itu, membuat saya sangat senang. Saya senang dihargai, dipuji, dengan hal yang
memang-saya bisa dan have fun melakukannya J
Itu membuat saya semakin semangat berkarya! Saya memang masih belum jadi menulis
novel. Novel pertama yang saya buat dengan suksesnya dieksekusi oleh teman saya
yang udah penulis beneran: apaan ini?? Apa ga bisa lebih mengena pembaca lagi?
Ahahaha. I’m editing now fellaa..
nanti tolong dikoreksi kembali yaaak.
Saya juga bisa menata emosi dengan
baik. Lewat tulisan, ya. Secara verbal, saya sulit menahan emosi (marah, sedih,
kecewa). Saya lebih sering diam jika dalam keadaan tidak senang. Jika saya
sedang senang ya saya akan tertawa keras-keras :P
Saya suka menulis dan membaca. Saya
bisa berbahasa negeri Ratu Elizabeth dengan sangat baik-yang mana itu terjadi
hanya karena kemauan saya saja. Saya tidak les untuk pintar berbahasa universal
tersebut. Saya hanya mengoleksi kaset di kala SMP, rewind, playback, lihat
lirik di kaset, liat kamus, dan yak. Saya bisa dengan sendirinya. Sombong?
Engga. Karena setiap orang diberi bakat yang berbeda-beda. Kalo kayak fisika,
saya mau guling-guling belajar macam apapun, saya ga akan bisa-bisa. Haha. Pun
dengan akuntansi, marketing (heyy padahal saya S2 marketing looh hahaha),
politik, menggambar daaan memasak. I’m
bad at those things, no matter how hard I try, teteupp sajaa… ga bisa
bisaaa.
-
I’m
good at statistic
Satu-satunya sub mata ajaran
matematika yang saya bisa. Tolong jangan beri saya soal sin cos tang, turunan, tanjakan
(eh?) dan teman-temannya. Hanya statistik yang saya bisa. Entah mengapa, saya
menyukainya. Dulu, di kuliah saya belajar manual. Saya suka sekali menghitung
peluang (mana yang lebih besar, peluang jadian dengan si X atau si Y? Ahahaha).
Sssst, saya malah tidak paham sama sekali dengan SPSS yang automatically bisa menyelesaikan hitungan statistik dalam sekejap!
Hahaha. Thanks God my husband expert at
it. It helped me so much during my thesis.
-
I’m
good at sports!
Oh
yeah? Really? *lihat saya dari ujung kaki ampe
ujung rambut. Ga seujung-ujung pun kelihatan sosok atletisnya hahaha*
Yep. Saya bisa badminton, senam, dan
lari dengan baik. Silahkan looh kalau mau adu ketiga cabang itu dengan saya.
Haha nantangin. Selain itu, saya juga tercatat sebagai tim basket SMA. Waktu
kelas 1, sebelum berhijab, saya ikut tim basket. Setelah berhijab, saya undur
diri karena latihannya HARUS pake celana di atas paha sedikit dengan alasan
agar tidak membatasi ruang gerak. Ahay bingit kan. Terpaksalah saya say bye bye, gantung sepatu dari dunia
basket (ealaah pensiun dini ceritanyaa).
Nah, meski I
love sports, saya ini paling ga bisa yang namanya volley ball sama lempar-lemparan itu. Lempar lembing kek, apa kek.
Saya ga bisa. Tangan mungil saya ga kuat buat olahraga begituan (ahahahak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar