Sabtu, 14 Maret 2015

Berburu Bintang



Minggu pagi. Bekas hujan masih membasahi tanah dan rumput tempat tinggal kami. Langit masih gelap. Aku dan Alika berpelukan di bangku teras. Betapa erat makhluk kecil ini memelukku, sambil bertanya lantang, ”bintangnya mana, mi? Kok ga ada?.” Ya, khusus hari Minggu adalah hariku dan Alika berburu bintang-bintang. Aku jelaskan padanya, ”mungkin karena hujan, nak. Jadinya bintangnya ngumpet di balik awan deh.” Ia pun menjawab latah, ”ngumpet bintangnya ya.”.
Momen sederhana, namun hanya dapat kulakukan bersama putriku seminggu sekali. Sebulan empat kali.... Waktu yang kusadari sangat sedikit. Betapa pagi-pagi di dua puluh enam hari lain dalam sebulan kusibukkan dengan- yah- tahulah.... perihal duniawi.
Aku tahu mengeluh tidak pernah mengubah kenyataan. Karena itu aku memutuskan tidak mengeluh (mengurangi, tepatnya, uhuk). Namun aku hendak mengubah kenyataan. Kenyataan empat dibanding dua puluh enam (4 : 26) yang bila dipersentasekan adalah 15%. Nilai yang sangat sedikit. Aku tidak dapat lagi mengubah pandanganku tentang itu, things must change!
Aku akan menghabiskan lebih banyak pagi untuk berburu bintang dengan Alika. Aku tahu, Alika tidak akan kecil selamanya. Alika tidak akan membutuhkan aku untuk berburu bintang dengannya seumur hidup. Aku, sebaliknya, pun menyadari bahwa aku ingin yang terbaik untuk anak-anakku. Pendidikan, kesehatan, dan nutrisi terbaik. Semua tidak akan kudapatkan jika aku hanya duduk berdua dengannya menatapi bintang. Tidak. Aku hanya ingin memperbesar persentase berburu bintang kami. Setidaknya delapan banding dua puluh dua (8 : 22) yang bila dipersentasekan adalah 36% :) Sound much better!
Jadi aku sudah mantap dengan keputusanku. Melepaskan yang lama. Mencari kembali yang baru. Siapa tahu Garda terdepan Perekonomian Indonesia – masih sudi mengundangku tahun ini, seperti tahun lalu. Atau mungkin Pengawas-Pengatur-Pelindung Segenap Industri Keuangan? Haha. Aamiin. Cita-citaku sungguh tinggi, setinggi bintang-bintang yang kusaksikan bersama Alika. Ya?

Mengeluh saja tak berarti. Mengeluh lalu bertekad kuatlah. Jika tidak bisa, ya mau tak mau berhentilah mengeluh....#tmp

Salam sayang,
Mimi Alika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar