Suatu hari aku melewati sebuah rumah besar. Tertulis jelas-jelas di pagar yang dinding sisi kiri kanannya telah dihiasi lumut hitam, DIJUAL.
Ah, kemanakah para penghuninya?
Disana pasti pernah terukir cerita. Kehangatan ruang keluarga, cerianya anak-anak berlarian menyusuri tangga, suami istri yang bercengkrama, ada pula kakek dan nenek yang datang dari desa...
Rumah besar itu terkesan angkuh dan dingin. Apakah kesendirian yang membuatnya demikian? Apakah yang membuatnya-yang sedianya menjadi tempat tinggal-kini malah ditinggalkan? Mereka semua pastilah berbahagia-hidup berkecukupan-di rumah semegah itu, bukan?
Apakah itu karena...
Rumah yang jauh lebih besar? Di luar kota? Atau mungkin di luar negeri?
Apakah penghuninya sudah tak ada lagi di dunia ini?
Apakah penghuninya telah jauh hari berpisah satu sama lain?
Apakah seluruh penghuninya memilih untuk melewati harinya-masing-masing-saja-sendiri-sendiri?
Ah, entahlah...
Rumah yang ditinggal selalu menjadi saksi bisu akan cerita suatu keluarga. Bagaimana mereka berbahagia, bagaimana mereka berjuang, bagaimana mereka bertengkar, bagaimana mereka bertahan....
Semoga saja, si rumah yang ditinggal segera mendapatkan tuan rumah barunya. Dan demikian, si rumah pun akan kembali hangat-seperti sedia kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar