Jumat, 23 Mei 2014

Aku Mau Masuk BI!



Tidak terlupa 30 Juli 2013. Di tengah kejenuhan rutinitas yang hanya itu-itu saja. Saat itulah datang sebuah surel yang menggelorakan jiwa (abaikan bahasa saya).

bi@******.com :
Selamat. Anda diundang untuk mengikuti Penerimaan Calon Pegawai Muda Bank Indonesia (PCPM BI). Kunjungi situs kami untuk informasi selengkapnya.

Saya:
Terperangah tak percaya. Saya diundang looh untuk ikut rekrutmen oleh suatu institusi nomer wahid se Indonesia, institusi paling prestisius.

Wow.

Sementara teman-teman saya lainnya mengetahui adanya lowongan tersebut dari koran dan atau situs tersebut, tidak ada yang mendapat email serupa saya.

Usut punya usut, ternyata saya memang memiliki sebuah akun khusus profesional, yang entah bagaimana email yang saya cantumkan di akun tersebut berhasil terlacak oleh para head hunter yang menyelenggarakan rekrutmen untuk Bank Indonesia pada 2013 lalu. Jadi saran saya, buatlah akun profesional Anda sendiri, agar Anda 'mudah dilacak' :) *serius menyarankan.

Dimulailah tahapan-tahapan tersebut. Siapalah saya berani benar bermimpi untuk menjadi Pegawai Muda Bank Indonesia. Asal tahu saja, BI ini membuka beberapa jalur penerimaan, dan jalur Pegawai Muda ini adalah yang betul-betul dipersiapkan untuk menjadi pemimpin di masa mendatang. Berbeda dengan penerimaan Experinced (tenaga ahli) yang paling (maaf) hanya mentok di satu bidang pekerjaan, untuk Pegawai Muda ini memang diharapkan bisa menjadi apa saja, dipersiapkan untuk menjadi Deputi atau bahkan Direktur nantinya, itu jalannya Pegawai Muda :) (disarikan dari blog: thekandangkucing.blogspot.com, silahkan diklik untuk info lebih lanjut. Beliau ini sekarang sudah menjadi pegawai BI :) ).

Dan taraaa. Saya pun lulus tes kelengkapan berkas. Dipanggil untuk mengikuti Tes Tahap 1 yaitu Tes Pengetahuan Umum. Lokasi ujiannya di Universitas Indonesia. Tidak perlu dinyana lagi, Universitas tertua dan terbaik di Indonesia, Universitas yang hendak saya masuki jurusan sastranya, namun karena orangtua tidak memperbolehkan anak gadis satu-satunya merantau sejak usia 17 tahun, jadilah saya mengubur impian saya dalam-dalam. Dan nasib pun akhirnya membawa saya ke tempat yang...hwooh...menghirup udara di kampus ini saja sudah membuat saya merasa menjadi lebih pintar :p

I feel sooo amazed. Saya berharap anak saya bisa menuntut ilmu di sini nantinya. Aamiin.

Datanglah hari H. Tes Tahap 1. Banyak sekali saingan yang memang masih MUDA dan cocok untuk mengikuti Penerimaan Calon Pegawai MUDA. Minderkah saya? Oh, tidak. Kepercayaan diri saya sudah terlatih untuk berada di atas rata-rata :p Namun saya juga tidak besar kepala, tentu. Semua peserta terlihat cemerlang. Berbekal pengalaman 4 tahun bekerja di BUMN yang cukup ternama dan mengantongi ijazah S2, saya merasa yakin mampu menembus Tahap 1 ini.

Dan ya, saya lolos.

Dua minggu dari Tes Tahap 1 (yang katanya materinya pengetahuan umum, namun ternyata hanya psikotest tahap pertama. Tidak sampai 1 jam kami telah menyelesaikan tes pertama ini), Tes Tahap kedua materinya yaitu: Bahasa Inggris dan Pengetahuan Umum. Barulah disini penyaringannya lebih ketat.

Masih bertempat di UI, tes kali ini memakan waktu dari pukul 8 pagi hingga pukul 2 siang. Lumayan menguras energi untuk seorang ibu dari satu anak yang berangkat dari rumah pukul 5 subuh. Saya betul-betul tidak ingin kalah di tahap ini. Saya belajar. Ini pertama kalinya saya belajar untuk mengikuti suatu rekrutmen! Seriously saying. Saya yang semula tidak pernah bicara dan mengerti tentang kurs, rate dan kebijakan ekonomi, tiba-tiba menjadi sangat interest. Untuk tes bahasa Inggris, saya pun cukup percaya diri. Pernah menjadi asisten dosen Bahasa Inggris dan mengajar les Bahasa Inggris di suatu Bimbel yang cukup ternama, bahkan memiliki tempat les sendiri sebelum saya memutuskan untuk merantau ke ibukota ini :) Intinya, saya berusaha semaksimal mungkin dan saya juga lolos :)

Tahap 3. Psikotes Lanjutan, Wawancara, dan Diskusi Grup.

Inilah saatnya saya mengubur impian saya. Padahal boleh dibilang saya tinggal selangkah lagi. Hanya tinggal tes kesehatan dan wawancara akhir menanti. Namun nasib kali ini tak berpihak pada saya.

Belum, setidaknya.

Saya tidak sarapan.

What a big miss.

Bisa-bisanya saya tidak sarapan. Hanya minum susu! Dengan kondisi badan yang kelelahan (tes pada hari Minggu dan saya Sabtu masih bekerja, jarak rumah-kantor pun ruaaarr biasa jauhnya), saya tidak sarapan, sedangkan ada 3 tes sekaligus yang harus saya jalankan!
Firasat buruk dari pertama kali menginjakkan kaki di SMA Yasporbi (yayasan Pensiunan BI) tersebut. Saya bahkan langsung punya insting siapa yang menjadi asesor saya kala itu. Bapak-bapak berkumis yang perawakannya sedikit menyeramkan...

Ouch.
Double shot.

Saya dengan energi yang tinggal sisa-sisanya, mengakui terlalu memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan asesor. Padahal saya bisa saja berkata saya tidak tahu, atau saya tidak pernah (seperti yang saya lakukan pada tahapan wawancara di BUMN tempat saya sekarang bekerja). Namun saya MEMAKSAKAN untuk TAHU dan MEMAKSAKAN untuk PERNAH. Saya terlalu NGOTOT.    

Kalahlah saya.

Saya tidak serileks pada saat wawancara saya di tempat bekerja sekarang. Saya terlalu...serius.
Kedua, kesalahan saya pada Diskusi Grup. Saya masih mengulangi kesalahan saya. Saya terlalu MENDOMINASI jalannya diskusi. Screwed me.

Mungkin semua sudah jalannya. Mungkin saya memang belum siap. Saya memimpikan pekerjaan dimana saya memiliki waktu yang lebih luang dengan keluarga (baca: Sabtu Minggu libur), memimpikan pekerjaan yang tidak sekedar capek di jalan, namun betul-betul menjadi pembelajaran bagi saya setiap harinya, saya bisa terus menambah ilmu setiap harinya. Itu mimpi saya. Dan mungkin saya dianggap belum siap. Belum siap meninggalkan anak untuk diklat berbulan-bulan. Ya, pastilah. Anak saya saat itu bahkan belum satu tahun. Belum siap dengan jam kerja (dan jam terbang pasti) yang menuntut untuk meninggalkan keluarga (yaiyalah, mana ada pegawai BI yang tinggal duduk kerja pulang? Atau memang ada?). Jadi saya rasa keputusan Tuhan itu mutlak, mutlak untuk kebaikan saya juga. Mungkin nanti saya akan mencoba lagi tahun ini. Disaat anak saya sudah semakin besar dan mungkin saya jauh lebih siap menata emosi saya, agar tidak terlalu memaksakan diri untuk sempurna. Bahkan untuk menjadi pegawai BI sekalipun, tidak harus sempurna...

So that's it. Saya jika harus melamar pekerjaan lagi, saya hanya akan melamar ke BI (atau Kemenlu sih boleh juga hahaha). Hanya itu saja. Jika saya tidak bisa menaklukkannya, mungkin saya memang digariskan untuk menjadi pengusaha (FYI, saya sedang merintis usaha kuliner). Atau mungkin penulis? Haha. Yang mana saja bisa. Itu passion saya. Makan, menulis, menari, menyanyi. Saya hanya akan bekerja sesuai passion saya (jika saya tidak diterima di BI tahun ini ataupun tahun depan). Asalkan mengantongi restu suami dan orangtua, saya rasa itu adalah segalanya. What society will say is doesn't matter to me!

Moral of the story is, you must know what you're going to be. Next year, five more years. There are so many option. Decide!  
Jadi, ketemu di rekrutmen Pegawai Muda BI tahun ini, kawan?

                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar