Kamis, 22 Mei 2014

Bahagia Tak Kan Pernah Tertukar, Karena Ia Bukan Sinetron

Percakapan di Jumat manis

A :  B, kamu beruntung sekali bisa pelesir keluar kota dan keluar negeri terus
B : Ya, memang. Tapi apa kamu mau menukar anugerah anak yang belum dipercayakan kepadaku dengan pelesir keluar negeri itu?

*lalu bacalah sebaliknya*

C  : D, kamu beruntung sekali bisa membeli tas dan pakaian bermerk keluaran terbaru
D : Ya, memang. Tapi apa kamu mau menukar semua itu dengan waktu yang kau punyai untuk anak-anakmu?

*lalu bacalah sebaliknya*

E : F, kamu beruntung sekali bisa berkarir, mandiri, dan tidak bergantung dengan suamimu
F : Ya, lalu apa kamu mau menukar karir yang kumiliki dengan suamimu yang sholeh?

*lalu bacalah sebaliknya*

G : H, kamu beruntung sekali bisa memiliki suami yang berpenghasilan tinggi, sehingga kamu tak usah bekerja
H : Ya, memang. Tapi apa kamu mau menukarnya dengan suamimu yang selalu ada disisimu dan anak-anak setiap hari? Karena suami selalu meninggalkan kami untuk dinas keluar....

*lalu bacalah sebaliknya*

I : J, kamu beruntung sekali memiliki paras cantik
J : Ya, tapi apa kamu mau mengganti paras ini dengan suami yang terlalu ramah terhadap perempuan lain?

*lalu bacalah sebaliknya*

K : L, kamu beruntung sekali memiliki suami yang sholeh dan punya lebih banyak waktu untuk keluarganya. Suamiku selalu mendahulukan ayah ibunya daripada aku
L : Ya, memang. Tapi aku pun iri denganmu. Suamimu memiliki banyak tabungan di surga karena mengurusi ayah dan ibunya di usiA senja mereka. Bukankah begitu?

Saudara saudariku, hiduplah berbahagia dengan segala kondisi kita. Setiap orang memiliki kebahagiaan dan ujian masing-masing. Hiduplah dengan hanya melihat kebahagiannya saja. Bersyukurlah selalu. Fight!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar