Minggu, 29 Juni 2014

Bila Aku Tiada

Dear, suamiku sayang.
Ijinkan aku menulis surat ini sekarang.
Bacalah nanti, jikalau aku sudah tak lagi bersisian di dunia yang sama denganmu....
Pesan untukmu tentang buah hati kita....


Suamiku,
Berjanjilah padaku untuk:

Katakanlah I love you padanya setiap kali-setiap hari, katakanlah hal manis itu sambil memeluknya...

Berangkatlah bekerja setelah berpesan padanya, "jadi anak pintar ya, nak. Cantik, pintar, sholehah, dilindungi Allah. Aamiin", seraya mencium pipinya kanan-kiri, kening, dan hidungnya.
Ia akan merengut, tentu saja.
Ia tidak pernah rela ditinggal pergi bekerja. Hahaha...

Pulanglah dengan senyuman dan tawa sumringah.
Tak peduli sepelik apapun masalah di kantor, bawakanlah oleh-oleh yang sangat berharga itu untuknya...
Niscaya ia akan menyambut dengan sukacita, langsung meminta digendong dan dimanja.

Ketika ia berangkat tidur.
Setelah senandung shalawat dan ayat kursi, nyanyikanlah lagu nina bobo yang sudah kutulis ulang untuknya:

Alika bobo, Alika bobo.
Ayo kita bobo, nak, biar cepat besar...
Alika cantik, Alika baik, Alika pintar, nak, anak sholehah....
Mimi sayang, pipi sayang, Allah sayang, nak, sama Alika....

Ucapkanlah "Assalamualaikum, anakku, wahai sang ahli surga", ketika ia bangun dari tidurnya (ah, aku bahkan bisa mengingat 'wangi' nafas paginya anak kita)-yang akan ia balas dengan senyuman paling menawan yang pernah kulihat seumur hidupku....

Tak usah marah bila ia membanting sesuatu, kesal, menangis dan berteriak - yang kadang kita tak mengerti mengapa...
Percayalah, ia tak pernah menangis karena menginginkan mainan, sayangku itu.
Ia hanya menangis bila merasa haus dan lapar atau ingin kita mengalihkan perhatian sejenak dari gadget kita...

Tak usah marah padanya, apalagi sampai membentak dan berteriak.
Cukup dengan menatap matanya lekat-lekat, ia akan mengerti bahwa perbuatannya itu tak disukai.
Ia akan mendekatimu, mencium pipimu dan memelukmu untuk mengambil hatimu dengan maksud berucap: "Maafin Alika ya, mimi, pipi. Jangan marah yaa...".

Teruslah mengajarkan ia untuk memungut apa yang ia jatuhkan.
Membereskan apa yang ia buat berantakan.
Menyayangi sekelilingnya terutama bayi-bayi kecil yang selalu ia buat tertawa, dan ya, ia akan mencoba menggendong bayi-bayi tetangga kita itu dengan tangan mungilnya. Hahaha....

Dan...
Bila tiba masamu.
Mungkin...
Untuk mencari penggantiku, suamiku....

Aku tak kuasa membayangkannya.
Ada sosok lain yang akan ia panggil Mama...
Sosok yang... hidup....
Yang akan menghabiskan lebih banyak waktu dengannya...daripadaku...
Sosok yang...kuharap...tulus menjaga anak kita, dan tentunya pula, menjaga kamu....
(Ah, aku tak dapat meneruskan bahasan yang satu ini. Aku jelas-jelas cemburu. Sampai disini air mataku tak dapat kubendung lagi... Aku percayakan mengenai hal ini padamu, suamiku).

Dan...
Bila ia merasa sendiri...
Bila ia merindukanku...
Bawalah ia kesini, ke tempat peristirahatan terakhirku...
Mintalah ia mendoakanku, niscaya doa-doanya akan meluputkanku dari incaran api neraka...
Tolong katakan padanya, aku mencintainya, sangat mencintainya melebihi duniaku dulu.
Dan aku tak pernah berhenti mencintainya dari dalam dunia yang berbeda, yang gelap gulita, yang kuhuni saat ini...
Aku tak pernah berhenti mencintainya, meski ragaku telah pergi selamanya...

Ceritakanlah padanya masa-masa kehidupan kita yang penuh cinta.
Ceritakanlah padanya perjuangan-perjuangan kita.
Agar ia tumbuh menjadi anak yang penuh cinta sekaligus selalu berjuang dalam hidupnya.

Dan...
Sampaikanlah maafku padanya....
Maaf aku tak dapat melihatnya tumbuh dewasa.
Mendampingi dan membimbingnya...
Maaf aku tak dapat hadir si pesta pernikahannya - dengan lelaki yang sangat mencintainya- yang juga hanya akan dipisahkan oleh maut saja, seperti kita...
Maaf aku tak dapat menimang anak-anaknya dan mencurahkan cintaku pada mereka...
Maaf, maaf, maaf....

Terakhir yang dapat kuucapkan.
Mohon pastikan agar ia selalu berbahagia.
Selamat.
Dan berbahagia.

Sayang cintaku untuknya....



Kamis, 26 Juni 2014

Selingkuh Itu Enak


Iya, enak di anda ga enak di orang! Huu!

Coba anda berpikir terbalik, apa mau diselingkuhi? Ga kan?

Yeee, selingkuh mau, diselingkuhi ga mau! Cupuu.

Jadi gini, ada banyak jalan menuju Roma. Begitu pun selingkuh. Ada banyak celah buat selingkuh, baik pria maupun wanita, baik yang bekerja maupun di rumah.

Mengapa?

Ya karena setan ada dimana-mana….

Sahabat lawan jenis yang lama tak jumpa.

Atasan di kantor yang berwibawa.

Rekan kerja yang manis dan (terlihat) tak berdaya dan sholeha (padahal mah serigala! Hiyyy)

Tetangga, perhaps?

Di segala lapis usia. Baik 20-an, 30-an, 40-an (Be careful ini usia rawan! Di saat anak-anak mulai tumbuh besar dan orangtua ingin sedikit bersenang-senang).

Bisa terjadi kapan saja dimana saja (udah kayak jingle iklan apaa gitu ya?).

Bentengnya?

Ya anda sendiri.

Proteksi diri sebelum terjadi.

Banyak kok yang bisa kita lakukan untuk proteksi.

Kadang kita memang ga niat, tapi kan kata bang Napi, kejahatan ga cuma terjadi karena niat, lebih sering karena ada KESEMPATAN.

Right?

Dih, yang pernah selingkuh pasti senyum-senyum sendiri. Hayooo …

Istighfar mas, mbak. Pak, buk. Om, tante.

Astaghfirullah al-adziim….

Proteksi diri gampang kok (ngomongnya iya, jalaninnya susah ya? haha), kalau MAU dan NIAT.

Satu, letakkanlah hp, tablet, ipad, laptop di sembarang tempat. Letakkan saja tanpa perlindungan password, sidik jari, atau bahkan kornea mata mungkin? (Niat bener ah melindungi PRIVACY-nya).

Buat yang masih penjajakan mah ya monggooo, dikunci itu gadgetnya, belum tentu jadi pasangan ini kan, tapi buat yang sudah ber-RT? Wowww, nanti duluuu…. Sumpah janji setia sehidup semati di kala senang susah-nya di hadapan Tuhan loooh. Masa iya masih mau kunci-kunci gadget segala? Ada apa gerangan? Ehemsss.

Dua, jangan pernah pergi kemana-mana berdua saja dengan lawan jenis even itu cuma rekan kerja.

Lah kan cuma makan siang? Lah iya kalo berlanjut makan malam gimana? Trusnya berlanjut lagi…. Ngeri ih ngetikinnya juga. 

Seorang teman pernah berkata pada saya, di luar jam kerja, ia tak pernah kemana-mana tanpa kehadiran istrinya (misal: acara reuni, kondangan, dan lain-lain). Dalam bekerja pun, ia selalu melibatkan orang ketiga jika bertemu dengan klien wanita. Ia selalu mengajak supir atau OB nya turut serta.

Nah. 

Ayo mulai dari sekarang. Gampang kok kalau memang niat. Mulai dari yang kecil saja, misal: bersalaman dengan lawan jenis cukup menangkupkan kedua tangan ke arah tangan mereka tanpa perlu menggenggam seperti sedia kala. 

Ketiga, jika ada permasalahan pelik dalam keluarga, biasakanlah berbicara pada orang ketiga yang bersifat netral. Jangan cerita sama sahabat lawan jenis situ. Kalau ternyata sahabat situ diam-diam suka kamu (Cherybelle-uhuk), gimana?

Siapa orang ketiga? Konselor pernikahan. Kawan lama (sejenis kelamin ya, catat!) yang sama-sama mengenal kalian berdua. Psikolog. Ustadz/ ustadzah. Kita memang perlu sharing , tapi harus tahu pasti kepada siapa kita bercerita. Datanglah pada orang ketiga tersebut, berdua. Insya Allah akan selalu ada jalan keluar terbaik untuk permasalahan anda.

See? 

Gampang kan ternyata kalo niat?


Oh ya, jangan pernah bawa-bawa rasa kasihan terhadap pasangan, terhadap anak yang masih kecil, dan blablabla lainnya ya sebagai alasan tidak selingkuhnya. Kesannya kan nanti kalo anak udah gede (akhirnya) selingkuh, kalo pasangan tidak lagi perlu dikasihani (trus akhirnya) selingkuh. Hedehh.

Lakukanlah untuk MENGASIHANI DIRI ANDA SENDIRI. Sebagai bentuk aktualisasi diri as an human. Sebagai suami. Sebagai istri. Sebagai ayah. Sebagai ibu.

Masa iya, anda tidak kasihan pada diri anda sendiri? Masa iya anda mengkhianati diri anda sendiri? Apabila anda selingkuh (juga) itu sama saja anda menyia-nyiakan diri anda sendiri, bukan anak atau pasangan :)

Boleh di-share cara lainnya yaa :) Saya yakin kita semua disini pernah mengalami godaan baik tingkat ringan, menengah, maupun tingkat dahsyat! Woohoo. Take care your steps! Allah blesses!

Rabu, 25 Juni 2014

Can’t We Go Back?



Lagi-lagi tulisan mengenai perpisahan. Iya, memang. Masa keterikatan dinas Penaksir Muda kita selama lima tahun kini tersisa beberapa bulan lagi.

Some stay for more five years, some choose to get it over, some still in doubt…like me.

Loh kenapa ragu? Bukannya saya mau jadi IRT dan pebisnis?

Iya.

Tapi.

Ah, entahlah. Bukannya saya ga konsisten. Sepertinya alasan saya untuk stay a bit longer sudah pernah saya tuliskan dalam “Ia Menyuruhku Bersenang-senang” :)

Can’t we go back to that time?

Supaya saya tidak perlu repot-repot mengenal kalian semua. Supaya saya tidak perlu memiliki memori-memori, pahit-manis-asam-asin (permen?) – saat saya memutuskan kembali melihat-lihat foto lama ini – yang membuat saya tertawa, sedih, menyesal, kecewa – dan percaya akan sangat berat jika harus meninggalkan semuanya.

Can’t we just go back?

Saat kita semua memiliki harapan dan mimpi-mimpi yang sangat besar? Saat kita percaya APAPUN bisa jadi nyata? 

Kemana masa-masa itu saat ini?

Apa sudah berlalu meninggalkan kita sedemikian jauh?

Saya bertaruh, mungkin di antara kita yang memilih untuk pergi, memiliki mimpi-mimpi dan semangat yang baru.

Termasuk juga saya.

Beberapa dari kita akan menjadi next leader di tempat ini (saya percaya peragu macam saya tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik).

Beberapa meminta saya berpikir kembali. Tinggallah, ucap mereka, tinggallah dan kita ubah semua hal di sini menjadi lebih baik (yang benar saja, saya bahkan bukan pegawai yang baik, bagaimana mungkin mengubah orang-orang dan hal?).

Beberapa mengatakan, pergilah jika kau berani tapi pastikan tetap selamat (berani sih berani, tapi belum dapat memastikan selamat…).

Beberapa bilang, mengapa kau masih di sini? Sayang-sayang kemampuanmu (Kemampuan apa, tepatnya? Bermimpi?).

Beberapa bilang, Oh, You, Whatever ....Pergilah saja. Lebih cepat lebih baik. (Bleguk. Hahaha).

Warna-warni.

Tanggapan-tanggapan yang mau tak mau memberanikan, menyurutkan, membijaksanakan, me-reset my mind.

Ah….

Mengapa saya jadi ‘terjebak’ begini?

Can’t we just go back?

Agar semuanya tak menjadi sesulit ini ….

Selasa, 24 Juni 2014

Mbak Cantik


This one I make for you, dear.

Seorang gadis bermuka Tionghoa namun berlogat medok Jawa. Hahaha. Menipu sekali, ya? :D Ia selalu menambahi embel-embel namanya dengan cantik. Misal: tari cantik (ini misal loh yaaa, jangan diprotes ah! haha).

Memang qualified sih kalo si gadis ini menambahi embel-embel tersebut di namanya. Saat diklat pelatihan masuk kerja, dia selalu diiringi fans setianya (yang semuanya lelaki) kemana-mana. Para lelaki itu selalu menyerukan namanya, yang mau tak mau membuat saya menoleh ingin tahu ada keriuhan apa, dan akhirnya mengenali gadis ini-sebatas rupa dan nama. Cantik.

Saking cantiknya, saat saya sedang menggantikan ia di unit kerjanya, nasabah pun bertanya: "loh, mbak cantik yang biasanya kemana ya?". Jederrr. Seutas kalimat itu mengandung banyak makna:
A. Mbak cantik benar-benar cantik
B. Saya juga cantik tapi kurang cantik dibanding mbak cantik
C. Saya tidak cantik
D. Saya jelek
E. Sekarepmu wae lah

Hahaha.....

Saya tidak ingat dimana tepatnya saya pertama kali berkenalan dia. Via chat atau jejaring sosial, sepertinya. Bertemu muka bisa dihitung dengan jari karena memang jarak kantor kami yang berjauhan.

Ia senang memuji tulisan saya. Rutin menanya apakah ada tulisan terbaru saya. Ketika beberapa pihak tidak menyukai apa yang saya tulis (karena mengandung unsur protes, maybe, tak tahulah), ia tetap memujinya dan berkata betapa saya bisa menahan kemurkaan saya melalui tulisan yang tetap apik dan santun. Harimau di dalam, domba yang keluar. Hahaha. That is too much for me, dear, really. But thanks  :)

Baru terjadi kemarin. Ketika si cantik ini menelfon saya. Dari suaranya saya tahu pasti dia habis menangis. Ia pun meminta saya mendoakannya pada hari ini, the biggest day of her life, ia akan menjalankan sidang yang akan berujung pada pemberhentiannya dari tempat bekerja kami.

Uh, oh, salah apa dia?

‘Kesalahan’ yang bahkan tidak bisa dikontrol semesta.

Cinta.

One of those man yang menyeru-nyerukan namanya ketika itu, luckily marry her. Aturannya di kantor kami adalah, bila menikah sesama pegawai perusahaan, one of them must go. Out.

Ia yang keluar.

Saya pun mau tak mau turut terisak.

Ia berkata, kemarin-kemarin rasanya sudah siap, namun ketika sudah tiba waktunya untuk benar-benar pergi, sejuta kenangan kembali menyeruak dan tak pelak membuat hati sedih….

Bagaimana cerita perjuangannya hingga bisa sampai disini hingga meninggalkan kampung halaman, meninggalkan Ibu yang sangat dicintainya - merantau ke Jakarta untuk membuat sang Ibu bangga. Bagaimana ia dan lelakinya bertemu. Segala intrik yang terjadi di antara keduanya. Putus-nyambung, putus-nyambung lagi. Hingga berakhir di pelaminan berikrar sehidup semati.

It all ends here.

Now.

Pada akhirnya ia harus pergi meninggalkan semua kenangan itu.

Saya sedikit banyaknya paham perasaan itu. Banyak sekali memori yang tak terganti yang terjadi di tempat ini. Kami semua yang (saat itu) sama-sama bersemangat memasuki dunia baru kami, dan mengikrarkan janji untuk bertemu di diklat kenaikan pangkat (yang akan terjadi entah kapan). Semua tinggal cerita.

Saya bukanlah pemberi saran terbaik sejagad raya. Saya hanya meminta dia untuk lebih fokus pada janin yang kini ada di rahimnya dan tetap semangat.

Heyy,, kamu! Give me a cute baby-niece/nephew! Selesaikan tesismu! There’s a lot to do! There’s a lot more memory to come that will be written in your diary of life!

Tetap semangat mbak Cantik, doa terbaikku selalu untuk jenengan yo :) 

Jangan lupakan akuuu!