Dalam
dua hari saya menerima e-book yang sama sekali berbeda ide
dari seorang rekan. Ide pertama adalah (saya tidak mau menyebutkan
bukunya, saya bukan sales haha. Lagipula saya tak mengutip isi
bukunya) dengan pensiun dini, akan membuka peluang lebih besar untuk
menjadi kaya. Ide kedua, dengan jadi karyawan (pun) ternyata masih
bisa kaya.
Perbedaan
mendasar dari kedua buku tersebut adalah, buku yang menggagasi ide
pertama dituliskan akurat dan percaya diri. Tidak ada kata PUN atau JUGA. Isi
buku datang berdasar pengalaman sang penulis sendiri. Buku kedua,
tidak akurat, banyak berisi kata PUN dan JUGA. Hanya berisi
anggapan-anggapan ambigu, abu-abu, dan (kata saya) pembesaran hati
sang penulis sendiri.
Uh
oh.
Saya
berusaha berimbang di antara keduanya. Karena saya pun masih amfibi
(istilah organisasi entrepreneur yang saya ikuti), yakni
pegawai yang juga berwirausaha.
Anda
tidak akan pernah bisa meletakkan kaki anda di dua perahu di saat
bersamaan, jika anda tidak mau tenggelam. Letakkanlah kedua kaki anda
di (hanya) satu perahu saja supaya anda selamat. #myquote
Kita
lihat sisi baiknya dulu. Tidak semua orang ingin berhenti dari
pekerjaannya. Not at all. Alasannya banyak. Tidak ada
jiwa usaha, penopang hidup keluarga, tidak ada jaminan berhasil di
bisnis, dsb. Benang merahnya, keadaan yang memaksa dan pembatasan
terhadap kemampuan diri-lah yang membuat mereka memutuskan tetap jadi pegawai. Itu kan
pilihan. Tidak ada salahnya.
Tapi,
ingat.
Sedikit
sekali dari mereka yang TIDAK MAU berhenti bekerja karena MEMANG MENCINTAI
pekerjaannya.
Yay!
Tapi
sekali lagi, itu kan pilihan :) We can't see something sinically
just because it is different with our thoughts, right?
Ajakan
resign benar adanya. Karena menjalankan usaha sekaligus masih berstatus pegawai,
yang ada adalah kacau balau. Ini betul lho. Saya alami sendiri. Saya sedang merintis usaha kuliner.
Saya mengerjakan pesanan pada malam hari >> Saya kurang tidur
kelelahan >> Saya sering mengantuk mengantuk di kantor >> Terkadang saya
menyelesaikan packing dagangan di kantor.
Apakah
saya dapat dikatakan sebagai pegawai yang berhasil?
Ajakan
untuk tetap bekerja sambil berusaha benar adanya. Saya bekerja >>
Saya membatasi jumlah pesanan saya >> Saya makin memiliki
sedikit waktu memperhatikan anak dan suami saya >> Saya jatuh
sakit dan akhirnya usaha saya OFF untuk sementara.
Apakah
saya dapat dikatakan sebagai pebisnis yang baik?
Yes,
trapped.
Sebaca
saya dari buku “Pegawai Juga Bisa Kaya” itu, hanya menyebutkan
pegawai untuk survive dengan gaji yang ada, berinvestasi, menabung,
dan blalabla lainnya yang sudah seringkali kita dengarkan sedari
jaman masih berstatus pelajar :)
Lalu,
seberapa banyakkah pegawai yang nyata-nyata kaya yang pembaca
semua kenal? Yang miliki banyak waktu untuk keluarganya? Yang tak
saban hari mengeluh dimarahi bos? Perjalanan macet? Pusing lelah?
Sistem kantor yang tak sesuai harapan? Weekend yang digunakan
untuk acara kantor? Tak ada waktu untuk keluarga? Dan lain
sebagainya? Yang memiliki lamborghini? Kapal pesiar? Pelesir
keluar negeri? Punya yayasan amal sendiri? (Mohon jangan memasukkan
nama-nama koruptor ya).
Jawaban?
Ada? Tik tok tik tok....
Ah,
itu kan hanya materi. Kaya itu kan yang penting hidup aman damai
bersyukur dengan apa yang dimiliki.
Hahaha.
Lagi-lagi pembatasan diri dengan mengatasnamakan kata syukur.
Bukannya anda tadi mengatakan pegawai pun bisa jadi kaya?
Bersyukur dengan apa yang dimiliki itu WAJIB. Lah wong nyatanya pegawai sering mengeluh dengan rutinitas pekerjaannya, apa bisa dikategorikan bersyukur?
Jadi
kaya juga tidak SALAH kan? Banyak sekali manfaat yang didapat dengan
menjadi orang kaya (baca blog Jadi Orang Kaya Itu Kawan, Banyak
Manfaatnya).
Lalu
kenapa we keep on LIMITING
ourselves?
Saya
tanyakan kembali
Seberapa
banyakkah pengusaha yang nyata-nyata kaya yang anda semua
kenal? Yang miliki banyak waktu untuk keluarganya? Yang tak saban
hari mengeluh perjalanan macet? Pusing lelah? Weekend yang
digunakan untuk acara kantor? Tak ada waktu untuk keluarga? Dan lain
sebagainya? Yang memiliki lamborghini? Kapal pesiar?Pelesir
keluar negeri? Punya yayasan amal sendiri?
Nah nah?
Jadi
begini saja biar gampang.
Anda
bisa terus jadi pegawai. Namun berjanjilah menjadi pegawai yang tak
melulu mengeluhkan APAPUN, every
single details in you job. Then go on with your daily-routine-life.
Cintailah
pekerjaan anda, hingga suatu saat orang bertanya mengapa tak
berusaha? Anda akan menjawab karena CINTA, bukan karena keadaan
memaksa :)
Kita
buktikan. Lima atau sepuluh tahun mendatang....
Dari
pembaca semua, yang memilih jadi pegawai, dan yang memilih berusaha.
Siapakah yang lebih 'kaya'? Ingat, kaya bukan hanya HARTA, tetapi
juga KUALITAS kehidupan pribadi. Yang terpenting, siapa yang
kehidupan pribadinya lebih tertata... Apapun pilihan anda, teruskan.
Kita tak dapat memaksakan pola pikir kita terhadap siapapun,
bukan?
Oh
ya, jika boleh saya mengedit judul buku sang pegawai, Pegawai Juga
Bisa Kaya SEPERTI PENGUSAHA (Kok).
Hihihi.
Kabur aaaah... Thanks for
reading! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar