Selasa, 10 Juni 2014

Saya Dalam Berpendapat


Gagu.
Iya, gagu.
Saya butuh waktu lama untuk menyuarakan pendapat saya di suatu majelis.

Tapi suruhlah saya menuliskan suara saya.
Anda minta sekalimat.
Saya beri dua bab.

Begitupun dalam euforia pemilu presiden kali ini yang ramai sekali diperbincangkan. Saya paling beradu argumen dengan mantan kekasih (baca: suami), ayah, dan ibu saya. Selebihnya saya memilih menuliskannya dan hanya diam saja bila di depan saya nyata-nyata ada yang berdebat.

Dalam memutuskan sesuatu, saya cenderung mendengarkan dan mengikuti pola pikir ORANG YANG SAYA KENAL BAIK.

Bukan berarti saya tidak punya pendirian, nope. As I said tadi kan, cenderung, tidak selalu :)
Sebutlah para senior di kampus, para aktifis (istilah saya gaulis sih, saya masih bukan merasa aktifis meskipun mendapat anugerah bintang aktifis kampus sewaktu diwisuda dulu. Saya hanya bergaul dengan berbagai orang, tanpa pandang bulu. Haha), guru-guru besar, pemikir sekaligus praktisi handal (ga pake setengah-setengah ya, pemikir saja, atau praktisi saja, emang telor setengah mateng? Hahah), pendek kata, The Great One. Orang yang saya (dan banyak orang lain) pikir hebat. Merekalah yang saya dengarkan argumentasinya. Saya dengarkan, ya, bukan berarti saya lalu menelan bulat-bulat omongan mereka. Saya rekam di otak saya, saya buat suatu perbandingan dengan opposite mereka, saya tulis positif-negatifnya, saya bawa ke diri saya, dan ya... I still stand on their thoughts.

Kalau kata kawan saya si Helvira Hasan, ini masalah selera. Saya dan dia sama-sama penulis. Andal di tulisan, tapi di kelas kami selalu mengambil tempat duduk paling belakang, dan tolak-tolakan bila disuruh berdiskusi. Hihihi.

Ya, selera. Saya memilih untuk menyetujui pendapat mereka yang saya kenal. Saya memilih untuk tidak menerima hasutan pemikir-pemikir, yang bahkan, saya saja baru tahu namanya sepintas lalu. Saya menolak terprovokasi data tak akurat. Saya mengatakan tidak pada pembongkaran aib masa lalu. Heii, semua orang berhak berubah, bukan?:) Ini perkara INTEGRITAS dan saya TAHU PASTI akan merapat ke KUBU mana.

Siapapun pilihan anda, olahlah terlebih dulu data mentahnya ya. Siapapun yang menang, toh kita akan angkat topi juga untuk mereka. Mau tak mau. Suka tak suka. Jadi, stop lah mengirimi saya broadcast, gambar-gambar, dan lain lain yang menjelekkan jagoan saya sepanjang waktu. Toh saya hanya memajang foto beliau  di pp BBM pribadi saya, mengapa pula itu dijadikan dasar menyerang saya? Saya tak melakukan apa-apa bentuk provokasi, bukan? Marilah kita berdamai demi INDONESIA SATU :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar