This
one I make for you, dear.
Seorang gadis
bermuka Tionghoa namun berlogat medok Jawa. Hahaha. Menipu sekali, ya? :D Ia
selalu menambahi embel-embel namanya dengan cantik. Misal: tari cantik (ini
misal loh yaaa, jangan diprotes ah! haha).
Memang qualified sih kalo si gadis ini
menambahi embel-embel tersebut di namanya. Saat diklat pelatihan masuk kerja, dia
selalu diiringi fans setianya (yang semuanya
lelaki) kemana-mana. Para lelaki itu selalu menyerukan namanya, yang mau tak
mau membuat saya menoleh ingin tahu ada keriuhan apa, dan akhirnya mengenali gadis ini-sebatas rupa
dan nama. Cantik.
Saking cantiknya, saat saya sedang menggantikan ia di unit kerjanya, nasabah pun bertanya: "loh, mbak cantik yang biasanya kemana ya?". Jederrr. Seutas kalimat itu mengandung banyak makna:
A. Mbak cantik benar-benar cantik
B. Saya juga cantik tapi kurang cantik dibanding mbak cantik
B. Saya juga cantik tapi kurang cantik dibanding mbak cantik
C. Saya tidak cantik
D. Saya jelek
E. Sekarepmu wae lah
Hahaha.....
Saya tidak ingat
dimana tepatnya saya pertama kali berkenalan dia. Via chat atau jejaring sosial, sepertinya. Bertemu muka bisa
dihitung dengan jari karena memang jarak kantor kami yang berjauhan.
Ia senang memuji tulisan
saya. Rutin menanya apakah ada tulisan terbaru saya. Ketika beberapa pihak
tidak menyukai apa yang saya tulis (karena mengandung unsur protes, maybe, tak tahulah), ia tetap memujinya
dan berkata betapa saya bisa menahan kemurkaan saya melalui tulisan yang tetap
apik dan santun. Harimau di dalam, domba yang keluar. Hahaha. That is too much for me, dear, really. But
thanks :)
Baru terjadi
kemarin. Ketika si cantik ini menelfon saya. Dari suaranya saya tahu pasti dia
habis menangis. Ia pun meminta saya mendoakannya pada hari ini, the biggest day of her life, ia akan
menjalankan sidang yang akan berujung pada pemberhentiannya dari tempat bekerja
kami.
Uh, oh, salah apa
dia?
‘Kesalahan’
yang bahkan tidak bisa dikontrol semesta.
Cinta.
One
of those man yang menyeru-nyerukan namanya ketika
itu, luckily marry her. Aturannya di
kantor kami adalah, bila menikah sesama pegawai perusahaan, one of them must go. Out.
Ia yang keluar.
Saya pun mau tak mau
turut terisak.
Ia
berkata, kemarin-kemarin rasanya sudah siap, namun ketika sudah tiba waktunya
untuk benar-benar pergi, sejuta kenangan kembali menyeruak dan tak pelak
membuat hati sedih….
Bagaimana cerita perjuangannya
hingga bisa sampai disini hingga meninggalkan kampung halaman, meninggalkan Ibu yang sangat
dicintainya - merantau ke Jakarta untuk membuat sang Ibu bangga. Bagaimana ia dan
lelakinya bertemu. Segala intrik yang terjadi di antara keduanya. Putus-nyambung,
putus-nyambung lagi. Hingga berakhir di pelaminan berikrar sehidup semati.
It
all ends here.
Now.
Pada akhirnya ia
harus pergi meninggalkan semua kenangan itu.
Saya sedikit banyaknya paham perasaan itu. Banyak sekali memori yang tak terganti yang terjadi di tempat ini. Kami semua yang (saat itu) sama-sama bersemangat memasuki dunia baru kami, dan mengikrarkan janji untuk bertemu di diklat kenaikan pangkat (yang akan terjadi entah kapan). Semua tinggal cerita.
Saya bukanlah pemberi saran terbaik sejagad raya. Saya hanya meminta dia untuk lebih fokus pada janin yang kini ada di rahimnya dan tetap semangat.
Saya bukanlah pemberi saran terbaik sejagad raya. Saya hanya meminta dia untuk lebih fokus pada janin yang kini ada di rahimnya dan tetap semangat.
Heyy,, kamu! Give me a cute baby-niece/nephew!
Selesaikan tesismu! There’s a lot to do!
There’s a lot more memory to come that
will be written in your diary of life!
Tetap semangat mbak Cantik, doa terbaikku
selalu untuk jenengan yo :)
Jangan lupakan akuuu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar