Pemimpi ulung.
Pengharap terbesar
sejagad.
Mungkin itu sebagian
orang bilang tentang saya.
Yea, whatever.
Saya selalu membiarkan diri saya memiliki target-target tertentu yang menurut saya ,saya dapat mencapainya.
Sekolah di sekolah favorit. Done.
Kuliah di PT Negeri. Done.
Menyandang gelar S1 dan S2 right on time (baca: tepat waktu lulus, 4 tahun untuk S1, 2 tahun untuk S2).
Yea, me.
Yang menurut sebagian
kawan 'beruntung'.
Betapa tidak. Saya di
kala kuliah (err sampe sekarang juga sih hahaha) boleh dibilang ngasal, ngeyel, berbuat sesukanya, masuk
kelas semaunya, kentut sembarangan (upss), jauh sekali dari gambaran
seorang mahasiswi teladan. Bahkan acapkali saya mengajak teman satu
gank saya bolos kuliah hanya untuk nongkrong-nongkrong di kafe (maafkan akuuuh teman-temanku sayaaang hahah).
Tapi dibalik semua itu,
saya punya misi terhadap diri saya sendiri. Saya mestilah tamat tepat
waktu, bagaimanapun caranya. Saya menempa diri setiap akan ujian dan
sebagainya. Saya bergaul seluas-luasnya (bukan, saya bukan mahasiswi
terkenal karena kecantikan dan kepandaiannya, saya lebih ke sosok
yang suka nangkring dimana-mana, suka menyapa siapa saja walaupun
diluar gank pertemanan saya hahaha. Iya, saya juga punya gank
layaknya anak muda dong...)
Dan saya lulus S1 empat
tahun. Mendapat gelar bintang aktifis kampus, pula. We o we (baca:
wow). Apalah prestasi yang pernah saya torehkan untuk membuat
cemerlang nama jurusan saya? Nyaris tidak ada. Jika saja dua orang
anak tetangga tidak ikut latah masuk ke jurusan yang sama dengan saya
(padahal sebelumnya tak ada yang pernah ada yang mempercayakan
anaknya mengambil jurusan ini. Hahaha geer maksa)-itu masuk hitungan,
selebihnya hampir-hampir tidak ada.
Saya kan saya. Dengan
tingkat kepercayaan diri agak sedikit di atas ambang yang dianjurkan
bagi manusia normal (ngetiknya ampe keselek inih hahaha), saya punya target
yang bahkan saya tak utarakan pada orangtua saya.
Tau-tau anaknya maju ngambil penghargaan. Tau-tau anaknya dapat beasiswa UMKM dari Dinas Pendidikan. Tau-tau anaknya ngajar bimbel. Hahaha. Mereka taunya saya anak tukang kelayapan sama teman-temannya sampe malam. Kalo saya udah pulang larut malam, biasanya saya 'culik' satu-dua teman yang anak kost untuk menginap di rumah-agar tak dimarahi hahaha. Eh, saya nongkrongnya yang positif loh ya. Melatih nari anak-anak baru, asisten lab, penelitian ampe magrib dilanjut dengan nongkrong di tepi pantai makan jagung bakar hahaha (kebengalan tidak untuk ditiru).
I have had imagine myself to go this far, and yes, I've already gone that far :) #TMP
Tau-tau anaknya maju ngambil penghargaan. Tau-tau anaknya dapat beasiswa UMKM dari Dinas Pendidikan. Tau-tau anaknya ngajar bimbel. Hahaha. Mereka taunya saya anak tukang kelayapan sama teman-temannya sampe malam. Kalo saya udah pulang larut malam, biasanya saya 'culik' satu-dua teman yang anak kost untuk menginap di rumah-agar tak dimarahi hahaha. Eh, saya nongkrongnya yang positif loh ya. Melatih nari anak-anak baru, asisten lab, penelitian ampe magrib dilanjut dengan nongkrong di tepi pantai makan jagung bakar hahaha (kebengalan tidak untuk ditiru).
I have had imagine myself to go this far, and yes, I've already gone that far :) #TMP
Waktu
SMA saya pernah kepincut sekali dengan iklan Karimun Estilo yang
warna-warni seperti permen, dan saya membayangkan diri saya memiliki
mobil itu sendiri nantinya. Come true? Yes, it is. Meskipun bagai
menunggu seribu tahun lamanya... Hihihi. Ga selebay itu kok. Enam
tahun. Lumayan lama, memang. Tapi untuk saya itu sebuah kepuasan total seeing your dream someday somehow happening:) Saya masih ingat jelas jingle iklannya looh saking membekasnya momen itu :)
Setelah tamat kuliah pun, saya lantas bermimpi kerja di bank - yang menurut 99.9% tamatan S1 is the coolest way to go. Ya ga salah sih, waktu itu pemahaman saya dan kawan-kawan lainnya kan memang begitu. Kata orang-orang, mana mungkin kamu kerja di bank, ijazah kamu kan ijazah kimia, cari kerjaan ya di pabrik laah...
Kan kata mereka. Biarkan saja mereka hidup dalam anggapannya dan saya berlanjut dengan angan saya hehe.
Dahulu pun keinginan saya berjilbab ditentang oleh sebagian orang karena katanya jilbab itu menutup segala kemungkinan. Iya juga sih, menutup kalo yang dimaksudkan adalah kemungkinan ke neraka hihihi. Kalau saya hidup dalam anggapan mereka, entah semini apa rok saya sekarang. Itu kalau saya. Kalau Dian Pelangi yang mendengarkan anggapan mereka (mengenai jilbab menutup segala kemungkinan hidup) gimana? What a very big loss kan? Indonesia tidak akan punya designer muslimah yang mempopulerkan jilbab ke seluruh dunia dan membawa harum nama Indonesia :)
Kembali ke saya (narsistik sedikit).
Setelah pembuktian bahwa kimia pun bisa bekerja di bank, then I found out bahwa oh, this is time to step up more. I'm done being a bank(er) dan saya pun menyusun rencana baru.
Cari pekerjaan yang gajinya di atas lima juta dan status pegawai tetap (iya, saya di bank dulu masih kontrak. Ga lama, cuma 6 (enam) bulan saja).
Ngimpi, kata orang-orang. Seorang freshgraduate yang tidak betahan kerja di bank masa mau ngimpi dibayar segitu? Huu..
You are the one who's controlling your life. And tadaa...when God say it happen, it is happening. Saya pun diterima bekerja di perusahaan besar yang bahkan membayar saya jauh dari angka lima juta.
And where are they who limited my speed at that time now? Yea, they are still there. At the same place, same habit, same thought, and same possibilities around them. Thanks God i wasn't listening to them :D #TMP
Sekarang....
Iya, sekarang.
Saya sudah menjalani mimpi saya selama beberapa tahun.
Buat saya, this is enough.
Saatnya saya memiliki mimpi-mimpi baru, ambisi-ambisi baru, kemampuan-kemampuan baru.
Saya sudah tidak lagi puas dengan hanya berada disini.
Saya pun memutuskan diri saya untuk bermimpi. Lagi dan lagi.
Selagi masih bisa bermimpi. Selagi raga masih bisa ditempa, mengapa tidak?
Mimpi kecil saya, saya menulis kembali. Menerbitkan buku indie. Setelah hal tersebut terjadi, baru lanjut bermimpi yang lebih besar. Menerbitkan buku dengan penerbit kenamaan (mudah-mudahan dicatat malaikat lewat aamiin). Latah ya saya? Mentang-mentang ada kawan saya yang menelurkan novel, saya pun ikut-ikutan? Hahaha.
Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebajikan. Bukankah itu yang diperintah Tuhan? Manusia diciptakan with high capabilities, why we choose to be standart?
Saya bermimpi banyak saat ini. Bekerja di Bank Indonesia. Saya rasa tidak tepat menyebut mereka bankir. Lihatlah mereka-mereka yang mengambil keputusan-keputusan maha penting demi bangsa ini. Ya, mereka tidak sekedar melayani. Mereka mengatur, mengendalikan, menjaga, dan mengawasi. They ruin, we ruin. I think that's what i call cool for now. Decision maker. Bukan lagi sekedar servant. Which is i've run for about six years. Diploma-diploma yang menjaga kestabilan politik negara. That's we-o-we for me now.
Beasiswa keluar negeri di bidang bisnis dan seni? Cambridge dan Yale adalah dua nama yang otomatis ada di kepala saya. Sepertinya saya terlalu banyak menonton serial Glee. Hahaha. Itu semua hanya sebagian kecil dari rentetan yang ada di benak saya setiap hari. Saya membayangkan bermain salju dengan anak dan suami saya. Menetap disana untuk waktu yang cukup lama, belajar dari bangsa besar bagaimana caranya menjadi besar dan mempraktekkannya dalam kehidupan saya.
I'm enough being small. I'm enough my country being fool at all time. We're a great nation but unfortunately most of us don't have faith in it... #TMP
Apalah saya, saya hanya orang biasa. Itu yang seringkali kita katakan pada diri kita sendiri. We are excusing ourselves that much. Saya tidak mengajak untuk menjadi sombong, untuk menjadi jumawa (Which is, sebagian orang memang menganggap saya demikian. But then again, I'm just responsible with things I said not with things they catched. Terserah mau anggap saya apa. Hehe). Saya mengajak, ayo kita sama-sama jadi hebat. Saya selalu menyemangati teman-teman saya yang memiliki mimpi, ayo pasti kamu bisa.
Benar, keberadaan kita hanya sepertrilyun dari satu titik di seantero alam semesta, bukankah itu alasan tepat untuk menjadi hebat? Sudahlah hanya berupa suatu noktah kecil, tak berbuat apa-apa pula. Hehe. Sayang-sayang, kan? #TMP
Tapi ada lho orang-orang skeptis yang selalu wake us up from our dreams. Ada. Banyak. Ya, ya, ya tertawakanlah saja. Bilang saya hanya bisa ngomong doang. Dan blablabla. Semua juga melakukannya sebelumnya. Saya sudah kebal, kok. Apalah yang bisa diharapkan dari seorang karyawan yang dikenal sebagai tukang protes, banyak omong, dan banyak tuntutan ini? Hehe.
See you around! Havva good heart!
Setelah tamat kuliah pun, saya lantas bermimpi kerja di bank - yang menurut 99.9% tamatan S1 is the coolest way to go. Ya ga salah sih, waktu itu pemahaman saya dan kawan-kawan lainnya kan memang begitu. Kata orang-orang, mana mungkin kamu kerja di bank, ijazah kamu kan ijazah kimia, cari kerjaan ya di pabrik laah...
Kan kata mereka. Biarkan saja mereka hidup dalam anggapannya dan saya berlanjut dengan angan saya hehe.
Dahulu pun keinginan saya berjilbab ditentang oleh sebagian orang karena katanya jilbab itu menutup segala kemungkinan. Iya juga sih, menutup kalo yang dimaksudkan adalah kemungkinan ke neraka hihihi. Kalau saya hidup dalam anggapan mereka, entah semini apa rok saya sekarang. Itu kalau saya. Kalau Dian Pelangi yang mendengarkan anggapan mereka (mengenai jilbab menutup segala kemungkinan hidup) gimana? What a very big loss kan? Indonesia tidak akan punya designer muslimah yang mempopulerkan jilbab ke seluruh dunia dan membawa harum nama Indonesia :)
Kembali ke saya (narsistik sedikit).
Setelah pembuktian bahwa kimia pun bisa bekerja di bank, then I found out bahwa oh, this is time to step up more. I'm done being a bank(er) dan saya pun menyusun rencana baru.
Cari pekerjaan yang gajinya di atas lima juta dan status pegawai tetap (iya, saya di bank dulu masih kontrak. Ga lama, cuma 6 (enam) bulan saja).
Ngimpi, kata orang-orang. Seorang freshgraduate yang tidak betahan kerja di bank masa mau ngimpi dibayar segitu? Huu..
You are the one who's controlling your life. And tadaa...when God say it happen, it is happening. Saya pun diterima bekerja di perusahaan besar yang bahkan membayar saya jauh dari angka lima juta.
And where are they who limited my speed at that time now? Yea, they are still there. At the same place, same habit, same thought, and same possibilities around them. Thanks God i wasn't listening to them :D #TMP
Sekarang....
Iya, sekarang.
Saya sudah menjalani mimpi saya selama beberapa tahun.
Buat saya, this is enough.
Saatnya saya memiliki mimpi-mimpi baru, ambisi-ambisi baru, kemampuan-kemampuan baru.
Saya sudah tidak lagi puas dengan hanya berada disini.
Saya pun memutuskan diri saya untuk bermimpi. Lagi dan lagi.
Selagi masih bisa bermimpi. Selagi raga masih bisa ditempa, mengapa tidak?
Mimpi kecil saya, saya menulis kembali. Menerbitkan buku indie. Setelah hal tersebut terjadi, baru lanjut bermimpi yang lebih besar. Menerbitkan buku dengan penerbit kenamaan (mudah-mudahan dicatat malaikat lewat aamiin). Latah ya saya? Mentang-mentang ada kawan saya yang menelurkan novel, saya pun ikut-ikutan? Hahaha.
Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebajikan. Bukankah itu yang diperintah Tuhan? Manusia diciptakan with high capabilities, why we choose to be standart?
Saya bermimpi banyak saat ini. Bekerja di Bank Indonesia. Saya rasa tidak tepat menyebut mereka bankir. Lihatlah mereka-mereka yang mengambil keputusan-keputusan maha penting demi bangsa ini. Ya, mereka tidak sekedar melayani. Mereka mengatur, mengendalikan, menjaga, dan mengawasi. They ruin, we ruin. I think that's what i call cool for now. Decision maker. Bukan lagi sekedar servant. Which is i've run for about six years. Diploma-diploma yang menjaga kestabilan politik negara. That's we-o-we for me now.
Beasiswa keluar negeri di bidang bisnis dan seni? Cambridge dan Yale adalah dua nama yang otomatis ada di kepala saya. Sepertinya saya terlalu banyak menonton serial Glee. Hahaha. Itu semua hanya sebagian kecil dari rentetan yang ada di benak saya setiap hari. Saya membayangkan bermain salju dengan anak dan suami saya. Menetap disana untuk waktu yang cukup lama, belajar dari bangsa besar bagaimana caranya menjadi besar dan mempraktekkannya dalam kehidupan saya.
I'm enough being small. I'm enough my country being fool at all time. We're a great nation but unfortunately most of us don't have faith in it... #TMP
Apalah saya, saya hanya orang biasa. Itu yang seringkali kita katakan pada diri kita sendiri. We are excusing ourselves that much. Saya tidak mengajak untuk menjadi sombong, untuk menjadi jumawa (Which is, sebagian orang memang menganggap saya demikian. But then again, I'm just responsible with things I said not with things they catched. Terserah mau anggap saya apa. Hehe). Saya mengajak, ayo kita sama-sama jadi hebat. Saya selalu menyemangati teman-teman saya yang memiliki mimpi, ayo pasti kamu bisa.
Benar, keberadaan kita hanya sepertrilyun dari satu titik di seantero alam semesta, bukankah itu alasan tepat untuk menjadi hebat? Sudahlah hanya berupa suatu noktah kecil, tak berbuat apa-apa pula. Hehe. Sayang-sayang, kan? #TMP
Tapi ada lho orang-orang skeptis yang selalu wake us up from our dreams. Ada. Banyak. Ya, ya, ya tertawakanlah saja. Bilang saya hanya bisa ngomong doang. Dan blablabla. Semua juga melakukannya sebelumnya. Saya sudah kebal, kok. Apalah yang bisa diharapkan dari seorang karyawan yang dikenal sebagai tukang protes, banyak omong, dan banyak tuntutan ini? Hehe.
See you around! Havva good heart!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar